MAKALAH
DIURETIK
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
FARMAKOLOGI
Dosen : Elit Ramayanti, S.Farm.,Apt
Disusun
oleh:
KELOMPOK
2
PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KENCANA
KOTA
TASIKMALAYA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
penyusun haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya jualah
penyusun dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah yang berjudul “DIURETIK” guna memenuhi tugas mata kuliah
FARMAKOLOGI.
Penyusun
sangat menyadari, bahawa dalam makalah ini masih banyak kekurangan maupun
kesalahan, untuk itu kepada para pembaca yang budiman harap memaklumi adanya
mengingat keberadaan penyusunlah yang masih banyak kekurangannya. Dalam
kesempatan ini pula penyusun mengharapakan kesediaan pembaca untuk memberikan
saran yang bersifat perbaikan, yang dapat menyempurakan isi makalah ini dan
dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.
Ucapan
terimakasih sangat perlu penyusun haturkan kepada dosen mata kuliah Framakologi,
sekaligus sebagai pembimbing dalam pembuatan makalah ini, semoga atas atas
kebesaran hati dan kebaikan beliau mendapat rahmat dari Allah SWT. Amin
Akhir
kata semoga makalah ini dapat membawa wawasan, khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi para pembaca yang budiman.
Tasikmalaya,
Oktober 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat-obat
yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut diuretic.
Obat-obat ini merupakan penghambat transport ion yang menurunkan reabsorpsi Na+
pada bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya, Na+ dan ion
lain Cl- memasuki urine dalam jumlah banyak dibandingkan dengan
keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk
mempertahankan keseimbangan osmotic. Jadi, diuretik meningkatkan volume urine
dan sering mengubah pH-nya serta komposisi ion dan didala urine dan darah.
Pemakaian
diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16 HgCl2
diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretic. 1930 Swartz menemukan bahwa
sulfanilamide sebagai antimicrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada pasien payah jantung, yaitu dengan
meningkatkan ekskresi dari Na+. Diuretik modern semakin berkembangsejak
ditemukannya efek samping dari obat-obat anti mikroba yang mengakibatkan
perubahan komposisi dan output urine. Terkecuali spironolakton, diuretic
kebanyakan berkembang secara empiris tanpa mengetahui mekanisme system
transport spesifik di nephron. Diuretic adalah obat yang terbanyak diresepkan
di USA, cukup efektif, namun memiliki efek samping yang banyak pula.
Diuretik
dapat dibagai menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik
osmotic
2. Diuretik
golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. Diuretik
golongan tiazid
4. Diuretik
hemat kalium
5. Diuretik
kuat
6. Xantin
BAB II
PEMBAHASAN
Diuretik
ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan)
zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi
cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga
volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.
Fungsi
utama diuretic adalah untuk memobalisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan
sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal.
Diuretik
dapat dibagi menjadi 5 golongan :
1.
Diuretik
Osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya
dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal.
Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat: 1)
difiltrasi secara bebas oleh glomerulus, 2) tidak atau hanya sedikit
direabsorpsi sel tubuli ginjal, 3) secara farmakologis merupakan zat yang
inert, dan 4) umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik. Contoh
golongan obat ini adalah : Manitol, Urea, Gliserin, Isosorbid.
Diuretik osmtik terutama bermanfaat pada
pasien oligura akut akibat syok hivovolemik yang tealh dikoreksi, reaksi
transfuse atau sebab lain yang menimbulkan nekrosis tubuli, karena dalam
keadaan ini obat yang kerjanya mempengaruhi fungsi tubuli tidak aktif.
Yang termasuk golongan ini adalah :
A. Manitol
Manitol merupakan obat yang sering
digunakan diantara obat lain, karena manitol tidak mengalami metabolisme dalam
badan dan hanay sedikit sekali di reabsorpsi
Manitol digunakan misalnya untuk
mencegah gagal ginjal akut atau untuk mengatasi oliguria, dosis manitol total
yang diberikan untuk dewasa 50-100gr, untuk menurunkan tekanan intracranial
yang meninggi, menurunkan tekanan intraokuler pada serangan akut glaucoma
kongestiv atau sebelum operasi mata, digunakan manitol 1,5 – 2 g/kg BB sebagai larutan
15-20%, yang diberikan melalui infuse selama 30-60 menit.
Manitol dikontrainsikasikan pada
penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem paru yang berat, dehidrasi
hebat dan pendarahan intracranial kecuali bila akan dilaukan kraniotonomi.
Infuse monitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan
fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru.
B. Urea
Merupakan suatu Kristal putih dengan
rasa agak pahit dan mudah larut dalam air. Sediaan intravena mengandug urea
sampai 30% dalam dekstrose 5% (iso-osmotik) sebab urea murni dapat menimbulkan
hemolisis. Pada tindakan bedah syaraf, urea diberikan intravena dengan dosis
1-1,5g/KgBB. Sebagai diuretic, urea potensinya lebih lemah dibandingkan dengan
monitol, karena 50% senyawa urea ini akan direabsorpsi oleh tubuli ginjal
C. Gliserin
Diberikan peroral sebelum suatu tindakan
optalmologi dengan tujuan menurunkan tekanan intraokuler. Efek maksimal
terlihat satu jam sesudah pemberian obat dan menghilang sesudah 5 jam.
Dosis untuk orang dewasa yaitu
1-1,5g/KgBB dalam larutan 50 atau 75%. Gliserin ini cepat dimetabolisme,
sehingga efek diuresisnya relative kecil.
D. Isosorbid
Diberikan secara oral untuk indikasi
yang sama dengan gliserin. Efeknya juga sama, hanaya isosorbid menimbulkan
diuresis yang lebih besar daripada fliserin, tanpa menimbulkan hiperglikemia.
Dosis berkisar antara 1-3g/KgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari
2.
Diuretik
golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Karbonik anhidrase adalah enzim yang
terdapat didalam sel korteks renalis,pancreas, mukosa lambung, mata, eritrosit
dan SSP tetapi tidak terdapat dalam plasma.
Yang termasuk kedalam golongan ini
adalah asetazolamid.
Mekanisme
Kerja :
Asetazolamid menghambat karbonik
anhidrase yang terletak didalam sel dan membrane tubulus proksimal. Karbonik
anhidrase mengkatalisis reaksi CO2 dan H2O menjadi H+ dan HCO3 (bikarbonat).
Penurunan kemampuan untuk menukar NA+ untuk H+ dengan
adanya asetazolamid menyebabkan diuresis ringan. Selain itu, HCO3 dipertahankan
dalam lumen yang ditandai dengan penigkatan PH urine. Hilangnya HCO3 menyebabkan
asidosis metabolism hiperkloremik dan penurunan kemampuan diuresis setelah
beberapa hari pengobatan.
Penggunaan
dalam Terapi
a. Pengobatan
Glaukoma: penggunaan klinik asetazolamid yang paling umum adalah untuk
menurukan kenaikan tekanan dalam bola mata glukoma sudut terbuka. Aetazolamid
menurunkan produksi aqueous humor, ungkin dengan menghambat karbonik anhidrase
pada corvus siliaris mata. Obat ini berguna untuk pengobatan kronis glaucoma
tetapi tidak digunakan untuk serangan akut.
b. Epilepsi
: asetazolamid kadang-kadang digunakan pada pengobatan epilepsy baik yang grand
mal maupun petit mal. Obat ini mengurangi berat dan tingkat serangan kejang.
Asetazolamid sering digunakan secara kronis bersam-sama dengan obat-obat
antiepilepsi untuk meningkatkan kerja obat-obat.
c. Mountain
Sickness : sedikit asetazolamid dapata digunakan untuk pencegahan mountain
sickness akut.
Farmakokinetik
Asetazolamid diberikan peroral setiap
hari.
Efek
Samping
Asedosis metabolic ( ringan), penurunan
kalium, pembentukan batu ginjal, mengantuk, dan parestasia mungkin akan
terjadi.
3.
Diuretik
Golongan tiazid
Tiazid merupakan obat diuretik yang
paling banayak digunakan. Obat-obat ini merupakan derifat sulfonamide dan
setrukturnya berhubungan dengan penghambat karbonik anhidrase. Tiazid memiliki
aktivitas diuretic lebih besar daripada asotazolamid, da obat-obat ini bekerja
di ginjal dengan mekanisme yang berbeda-beda. Semua tiazid mempengaruhi tubulus
distal, dan semuanya memiliki efek diuretic maksimum yang sama, berbeda hanya
dalam potensi, dinyatakan dalam per milligram basa.
Adapun yang termasuk kedalam golongan
tiazid diantaranya :
A. Klorotiazid
Klorotiazid merupakan golongan tiazid
modern pertama yang aktif peroral dan mampu mempengaruhi edema berat yang
disebabkan oleh sirosis hati dan gagal jantung kongestif dengan efek samping
yang minimum. Sifat-sifatnya memiliki kelompok tiazid walaupun derifat yang
lebih baru seperti hidroklotiazid atau klortalidon yang sekarang lebih sering
digunakan.
Penggunanan dalam terapi :
a. Hipertensi
: Secara klinis, tiazid telah lama digunakan sebagai obat pertama dalam
pengobatan hipertensi karena tidak mahal, mudah diberikan, dan ditoleransi
dengan baik oleh tubuh. Obat-obat ini efektif menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolic untuk jangka waktu yang lama pada kebanyakan pasien dengan
hipertensi esensial ringan dan sedang.
b. Gagal
Jantung Kongestif : tiazid dapat menjadi diuretic pilihan utama dalam penurunan
volume cairan ekstraselular pada gagal jantung ringan ampai sedang.
c. Hiperklasiuria
: Tiazid dapat berguna dalam mengobati hiperklasiuria idiopatik karena
penghambatan ekskresi Ca++ urine. Hal ini terutama berguna untuk
pasien dengan batu kalsium oksalat didalam salura kemih.
d. Diabetes
Insipidus : Tiazid meiliki kemampuan yang unik untuk membentuk urine yang
hiperosmolar. Tiazid dapat menggantikan hormone antidiuretik untuk mengobati
diabetes insipidus nefrogenik. Volume urine pada pasien seperti ini dapat turun
dari 11 liter/hari menjadi sekiter 3liter/hari b ila diobati dengan obat ini.
Farmakokinetik :
Obat-obatan
ini efektif peroral. Kebanyakan tiazid, memerlukan waktu 1-3 minggu untuk
mencapai penurunan tekanan darah yang stabil, dan obat ini menunjukan waktu
paruh biologis yang panjang (40 jam). Seua tiazid disekresi oleh system sekresi
asam organic gijal.
Efek Samping:
Kehilangan
kalium, Hiperurisemia, Pengurangan volume, hiperkalsemia, hiperglikemia,
hipersensitifitas.
B. Hidroklorotiazid
Hidroklorotiazid adalah direvat tiazd
yang telah terbukti lebih popular dibandingkan obat induk. Hal ini karena
kemampuannya untuk menghambat karbonik anhidrase kurang dibandingkan
klorotiazid. Obat ini juga lebih kuat, sehinga dosis yang diperlukan kurang
dibandingkan klorotiazid. Selain itu, efektivitas sama dengan obat induknya.
C. Klortalidon
Klortalidon adalah merupakan suatu derivat
tiazid yang bersifat seperti hidroklorotiazid. Memiliki ,asa kerja yang panjang
dank arena itu sering digunakan untuk mengobati hipertensi. Diberikan sekali
sehari untuk indikasi ini.
D. Analog
Tiazid
1) Metolazon : lebih kuat dari tiazid
dan tidak seperti tiazid, obat ini menyebabkan Na+ pada gagal ginjal
lanjut.
2) Indapamid : larut dalam lipid,
merupakan diuretic bukan gologan tiazid yang memiliki masa kerja panjang. Pada
dosis rendah, obat ini memperlihatkan efek anti hipertensi yang bermakna dengan
efek diuretic yang minimal. Indapamid sering digunakan pada gagal ginjal yang
lanjut untuk merangsang diuresis tambahan
diatas duresis yang telah dicapai oleh diuretic kuat. Indapamid di
metabolism dan diekresi oleh saluran pencernaan dan ginjal, oleh karena itu
sedikit kemungkinan untuk terakumulasi dengan pasien dengan gagal ginjal dan
mungkin berguna untuk pengobatan.
4.
Diuretik
Hemat Kalium
Obat-obat ini bekerja di tubulus renalis
rektus utuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan H+. diuretic hemat kalium
digunakan terutama vila aldosteron berlebihan. Penggunaan utama obat-obatan
hemat kalium ialah untuk pengobatan hipertensi, paling sering dalam kombinasi
dengan tiazid. Pasien yang diobati dengan diuretic hemat kalium dipantau kadar
kaliumnya. Pemberian kalium tambahan biasanya
Yang termasuk diuretic hemat kalium,
dintaranya :
A. Spironolakton
Spirinolakton merupakan antagonis
aldosteron yang bersaing dengan aldosteron untuk mencapai reseptor sitoplasma
intraselullar.
Digunakan dalam terapi :
a. Diuretik
: meskipun spirinolakton memiliki efektifitas yang rendah dalam memobilisasi Na+
dari tubuh dibandingkan dengan obat-obat lain, namun obat ini memiliki
sifat yang berguna dalam menyebabkan retensi K+.
b. Hiperaldosteronisme
sekunder : merupakan satu-satunya diuretic hemat kalium yang digunakan tunggal
secara rutin untuk menimbulkan efek negative bersih keseimbangan garam. Obat
ini terutama efektif dalam keadaan
klinik yang disertai hiperaldosteronisme sekunder.
Farmakokinetik
Spirnolakton diabsorpsi sempurna peroral dan terikat erat pada protein.
Spirnolakton diabsorpsi sempurna peroral dan terikat erat pada protein.
Efek Samping
Hiperkalemia, mual, alergi, dan kebingungan mental.
Hiperkalemia, mual, alergi, dan kebingungan mental.
B. Triamteren
dan amilorid
Merupakan penghambat saluran transport
Na+ menyebabkan penurunan pertukaran Na+ - K+,
obat-obatan ini memiliki efek diuretic hemat kalium sama dengan spironolakton.
Namun, kemampuan obat ini untuk menghambat tempat pertukaran K+ -Na+
di tubulus renalis rektus tidak
tergantung pada kehadiran aldosteron jadi obat ini memiliki aktifitas diuretic
walaupun pada individu pada penyakit adison.
Efek
Samping
Kejang pada kaki dan kemungkinan
meningkatkan nitrogen darah serta asam urat dan retensi K+.
5.
Diuretik
Kuat
Diuretik mencakup sekelompok diuretic
yang efeknya sangat kuat dibandingkan dengan diuretic lain. Tempat kerja
utamanya dibagian epitel tebal ansa henle bagian asenden, karena itu kelompok
ini disebut juga sebagai loop diuretics, Yang termasuk golongan ini adalah
bumetanid, furosemid, torsemid dan asam etakrina.
Penggunaan
terapi
Merupakan obat pilihan utama untuk
menurunkan edema paru-paru akut pada gagal jantung kongestiv karena cara kerja
cepat, maka obat ini berguna untuk situasi darurat seperti edema paru-paru akut
yang memerlukan diuresis yang cepat.
Farmakokinetik
Diberikan peroral atau parenteral, masa
kerja relative singkat 1-4 jam.
Efek
samping
Ototoksisitas,hiperurisemia,hipopolemia
akut, kekurangan kalium.
6.
Xantin
Xantin mempunyai efek diuresis. Efek
stimulasinya pada jantung, menimbulkan dugaan bahwa diuresis sebagian
disebabkan oleh peningkatannya aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus. Namun, semua derivate xantin ini berefek langsung pada tubuli
ginjal yaitu menyebabkan peningkatan ekskresi Na+ dan Cl-
tanpa disertai perubahan yang nyata pada pengasaman urine. Efek diuresis ini
hanya edikit dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa, tetapi mengalami
potensiasi bila diberikan bersama penghambat karbonik anhidrase.
Diantara kelompok xantin, teofilin
memperlihatkan efek diuresis yang paling kuat. Xatin sangat jarang digunakan
sebagai diuretic utama, namun bila digunakan untuk tujuan lain terutama sebagai
bronkodilator adanya efek diuresis harus tetap diingat.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diuretik
adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine. Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian, pertama menunjukan adanya penambahan urine yang
diproduksi dan yang kedua menunjukkkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat
terlarut dan air.
Fungsi
utama diuretic ialah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volue cairan ekstrasel kembali
menjadi normal.
Diuretik
dapat dibagai menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik
osmotic
2. Diuretik
golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. Diuretik
golongan tiazid
4. Diuretik
hemat kalium
5. Diuretik
kuat
6. Xantin
sumbernya dari mana ?
BalasHapus